Apa makna manusia sebagai makhluk individu?
Manusia memiliki arti makhluk yang memiliki berakal budi.
Makhluk yaitu sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan.
Individu mengandung arti orang/seorang/pribadi/organisme yang hidupnya berdiri sendiri. Secara fisiologis ia bersifat bebas, tidak mempunyai hubungan organik dengan sesamanya.
Dalam keadaan manusia sebagai mahluk individu, segala sesuatu yang menyangkut pribadinya sangat ditentukan oleh dirinya sendiri, sedangkan orang lain lebih banyak berfungsi sebagai pendukung. Misalnya kesuksesan seseorang sangat tergantung kepada niat, semangat, dan usahanya yang disertai dengan doa kepada Tuhan secara pribadi. Demikian juga mengenai baik atau buruknya seseorang di hadapan Tuhan dan dihadapan sesama manusia, itu semua sangat dipengaruhi oleh sikap dan perilaku manusia itu sendiri. Jika iman dan takwanya mantap maka dihadapan Tuhan menjadi baik. Tetapi sebaliknya, maka dihadapan Tuhan menjadi jelek. Jika sikap dan perilaku individunya baik terhadap orang lain, tentu orang lain akan baik juga terhadap orang tersebut.
Konsekuensi lainnya, masing-masing individu juga harus mempertanggung jawabkan segala perilakunya secara moral kepada dirinya sendiri dan kepada Tuhan. Jika perilaku individu itu baik dan benar maka akan dinikmati akibatnya. Tetapi jika sebaliknya, akan diderita akibatnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia sebagai individu yang sudah dewasa memiliki konsekuensi tertentu, antara lain:
- Hidup mandiri.
- Memiliki pribadi yang baik dan luhur.
- Merawat diri dengan baik (bersih, rapi, sehat).
- Bertanggung jawab dengan segala perbuatannya.
Supaya konsekuensi di atas dapat direalisasikan dalam suatu kenyataan, maka masing-masing individu harus senantiasa:
- Selalu berpenampilan bersih, rapi, dan sehat.
- Memiliki hati nurani yang bersih.
- Mempunyai semangat untuk hidup.
- Memiliki prinsip hidup yang kuat.
- Memiliki cita-cita yang tinggi.
- Kreatif dan gesit dalam memanfaatkan potensi yang ada pada alam.
- Berjiwa besar.
- Bersikap optimis.
- Memiliki rasa perikemanusiaan yang tinggi.
- Selalu berniat baik dalam setiap tindakan.
- Menghindari sifat statis, pasif, egois dan pesimis.
Apa makna manusia sebagai makhluk sosial?
Menurut Plato, “mahluk hidup yang disebut manusia merupakan mahluk sosial dan mahluk yang senang bergaul/berkawan”. Status mahluk sosial selalu melekat pada diri manusia. Manusia tidak bisa bertahan hidup secara utuh jika hanya dengan mengandalkan dirinya sendiri saja. Sejak lahir sampai meninggal dunia, manusia memerlukan bantuan atau kerjasama dengan orang lain.
Ciri utama mahluk sosial adalah hidup berbudaya. Dengan kata lain hidup menggunakan akal budi dalam suatu sistem nilai yang berlaku dalam kurun waktu tertentu. Hidup berbudaya tersebut meliputi filsafat yang terdiri atas pandangan hidup, politik, teknologi, komunikasi, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan.
Sedangkan menurut Aristoteles (384 – 322 SM), manusia adalah mahluk yang pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesama manusia lainnya (zoon politicon yang artinya mahluk yang selalu hidup bermasyarakat). Pada diri manusia sejak dilahirkan sudah memiliki hasrat/bakat/naluri yang kuat untuk berhubungan atau hidup di tengah-tengah manusia lainnya. Naluri manusia untuk hidup bersama dengan manusia lainnya disebut gregoriousness.
Masyarakat merupakan wadah bagi para individu untuk mengadakan interaksi sosial dan interelasi sosial. Interaksi merupakan aktivitas timbal balik antarindividu dalam suatu pergaulan hidup bersama. Interaksi dimaksud, berproses sesuai dengan perkembangan jiwa dan fisik manusia masing-masing serta sesuai dengan masanya. Pada masa bayi, mereka berinteraksi dengan keluarganya melalui berbagai kasih sayang. Ketika sudah bisa berbicara dan berjalan, interaksi mereka meningkat lebih luas lagi dengan teman-teman sebayanya melalui berbagai permainan anak-anak atau aktivitas lainnya. Proses interaksi mereka terus berlanjut sesuai dengan lingkungan dan tingkat usianya, dari mulai interaksi non formal seperti berteman dan bermasyarakat sampai interaksi formal seperti berorganisasi, dan lain-lain.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi manusia hidup bermasyarakat, yaitu:
- Faktor alamiah atau kodrat Tuhan.
- Faktor saling memenuhi kebutuhan.
- Faktor saling ketergantungan.
Apa implikasi-implikasi yang terjadi dari sifat kesosialan manusia
Berikut beberapa implikasi yang terjadi karena sifat manusia yang sebagai makhluk sosial:
- Kesadaran akan ‘ketidakberdayaan’ manusia bila seorang diri.
- Kesadaran untuk senantiasa dan harus berinteraksi dengan orang lain.
- Penghargaan akan hak-hak orang lain.
- Ketaatan terhadap norma-norma yang berlaku.
Mengapa interaksi sosial menjadi kunci dalam kehidupan sosial
Karena manusia merupakan makhluk sosial, maka interaksi sosial antar individu manusia menjadi kunci atau sesuatu yang sangat penting untuk menjaga hubungan yang baik antar hubungan individu manusia itu.
Apakah semua interaksi sosial yang berlangsung bersifat positif bagi kehidupan manusia?
Tidak semua interaksi sosial yang berlangsung bersifat positif bagi kehidupan manusia karena jika dilihat dari sifat interaksinya, ada interaksi yang asosiatif dan interaksi yang disasosiatif. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif mengarah pada kerja sama antarindividu atau antarkelompok, contohnya kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi, sedangkan interaksi sosial yang bersifat disasosiatif mengarah pada bentuk-bentuk pertikaian atau konflik, contohnya persaingan, kontroversi, dan permusuhan.
Sumber:
No comments:
Post a Comment